*Untuk benar-benar memahami kenapa periklanan programmatic native tidak dapat dilakukan, perlu untuk memahami kedua jenis periklanan tersebut secara individu.

Pada pandangan pertama, periklanan programmatic dan native mungkin terlihat dapat dibandingkan dengan satu sama lain; kami dapat membandingkan kelebihan dan kekurangannya dan Anda tentukan sendiri mana yang lebih baik. Namun, cerita dari periklanan programmatic vs. native bukan tentang membandingkan fitur atau kelebihannya.

Periklanan programmatic native adalah tentang dua model yang tidak selaras yang bersatu demi keuntungan penerbit dan marketer. Faktanya, masih ada yang ragu atas persatuan kedua model ini, masih mengandalkan periklanan programmatic display yang dinilai aman. Dalam waktu yang lama, keraguan ini memang diharapkan, tapi tidak lagi.

Kenapa memilih iklan native?

Periklanan native menjelaskan bagaimana iklan ditampilkan di sebuah halaman web. Berbeda dengan iklan banner, iklan pengantara, dan rich media, periklanan native menyesuaikan diri dengan bentuk dan fungsi dari halaman tempat dia berada. Dalam kata lain, periklanan native mencocokkan diri dengan desain dari halaman web dan membaur dengan mulus dengan konten lainnya.

Pertama dan terpenting, periklanan native melawan ad fatigue. Iklan yang tidak menarik atau dalam jumlah yang terlalu banyak biasanya membuat para pengguna pergi, menghasilkan click-through rate yang lebih kecil. Karena iklan native terlihat seperti konten asli yang membaur secara mulus dengan halaman web, para pengguna lebih ingin mengeklik iklan.

Kedua, kebutaan banner sepertinya lebih menjalar dari sebelumnya. Banyak orang yang sudah terbiasa melihat iklan display sehingga mereka bahkan tidak menyadarinya lagi. Sekali lagi, kehalusan dan desain alami dari iklan native menarik perhatian pengguna dan tidak dihiraukan.

Terakhir, iklan native adalah cara yang ampuh untuk meningkatkan brand awareness dan membangun kepercayaan dengan pengguna, asalkan Anda jujur.

Kenapa memilih periklanan programmatic?

Periklanan programmatic melibatkan artificial intelligence dan bidding real-time saat proses penempatan iklan. Marketer dapat memindahkan semua tugas yang berulang-ulang dan memakan banyak waktu ke solusi software terdedikasi, dan tidak lagi membeli tempat iklan secara manual.

Membeli dan menjual iklan secara otomatis memberikan berbagai kelebihan. Jauh lebih cepat daripada membeli tempat secara manual. Dalam waktu kurang dari satu detik, algoritma dapat mengolah perhitungan yang rumit dan melibatkan banyak set data, sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh manusia. Algoritma menggunakan semua data yang dikompilasi untuk mendukung proses pengambilan keputusan dan bidding, menghasilkan efektivitas biaya yang lebih tinggi dan meningkatkan wawasan pelanggan.

Software ini juga dapat mempersingkat proses pembelian dan membantu tim marketer fokus ke pertimbangan bujet, model atribusi, dan misi.

Kelebihan programmatic seperti, otomatisasi, efektivitas biaya, dan wawasan pelanggan yang lebih baik, telah membawa teknologi ini ke barisan depan dari industri media. Di tahun 2020, programmatic menyumbangkan lebih dari 89% dari total pengeluaran iklan display digital di AS.

Persimpangan dari manfaatnya

Tidak dipungkiri lagi bahwa periklanan native dan programmatic memiliki banyak manfaat. Setiap model mewakili sebuah evolusi dari marketing digital, dan nilai dari keduanya sangat berharga.

Iklan native adalah solusi sempurna dari semua masalah yang mengeaungi iklan-iklan modern. Tidak mengganggu dan menawarkan nilai lebih bagi para pengguna dan juga membangun hubungan yang baik antara mereka dan brand secara bersamaan.

Meletakkan iklan native secara programmatic akan mengubah seluruh dunia marketing digital.

Masalah yang muncul

Sekarang, masalahnya dapat dijelaskan secara pasti. Pada satu sisi, Anda memiliki sebuah sistem yang didesain agar menjadi efisien, cepat, dan mengantarkan iklan dalam skala yang besar. Di sisi lain, ada sebuah bentuk dari periklanan digital yang membutuhkan kustomisasi, pemikiran sebelumnya, dan pendekatan individu untuk setiap iklan.

Perbedaan antara programmatic dan native terlihat sangat besar, namun para marketer ahli sudah memanfaatkan periklanan programmatic native dengan kesuksesan yang nyata.

Jawabannya adalah protokol IAB’s OpenRTB 2,3 yang keluar pada tahun 2015. Protokol berisi Native Ads API Specification yang menggabungkan periklanan programmatic dan native dan membuat powerhouse marketing digital baru.

Membongkar iklan programmatic native

Protokol yang disebutkan di atas membawa sebuah revolusi dari bagaimana iklan native disebarkan di website penerbit. Protokol dan API membongkar iklan menjadi beberapa komponen: headline, konten, URL, deskripsi konten, gambar, nama brand, dan logo.

Mereka juga memperkenalkan enam tipe unit iklan native bersamaan dengan berbagai jenis tata letak unit iklan di dalam sebuah website penerbit.

Artinya, sekarang kita dapat mendekonstruksi dan merakit ulang aset sesuai kebutuhan. Iklan native sekarang dapat dibentuk ulang secara otomatis agar selaras dengan tata letak dari halaman web target, sehingga Anda dapat memanfaatkan kelebihan dari kedua model — bidding otomatis real time dengan iklan native yang menghasilkan.

Masa depan yang bergabung

Karena sekarang kita telah menggabungkan celah antara dua jenis wilayah marketing yang sangat berbeda, hanya soal waktu saja sebelum periklanan programmatic native menjadi standar.

Jenis iklan ini mendapat semakin banyak popularitas (dan bujet) dan semakin dilihat sebagai pengganti yang cocok dari iklan display yang semakin usang. Meskipun banner tidak akan hilang dalam waktu yang dekat, disarankan untuk mulai mengganti fokus Anda menuju iklan native yang lebih diterima dan berkelanjutan