Konsumen memberikan sinyal bahwa memprioritaskan periklanan etis sekarang menguntungkan brand. Dengan 86% dari konsumen global menyatakan bahwa mereka peduli akan privasi dari data mereka dan bahwa mereka ingin memiliki kuasa atas data mereka, transparansi data harus menjadi prioritas utama dari brand. Terlebih lagi, dua per tiga dari konsumen AS lebih menyukai membeli dari brand yang selaras dengan nilai-nilai pribadi mereka, tanggung jawab berada di tangan brand, ia harus menyediakan iklan-iklan relevan yang mencerminkan prinsip-prinsip pelanggan.

Periklanan etis menjawab semua kebutuhan konsumen ini dan berjuang demi transparansi dan keaslian di dalam semua interaksi dengan konsumen. Selain melindungi data pengguna dan jujur tentang bagaimana data digunakan, periklanan etis juga berkaitan tentang iklan-iklan berkualitas tinggi dan memverifikasi keberlangsungan lingkungan iklan. Jadi, tindakan-tindakan apa saja yang dapat dilakukan brand untuk memastikan bahwa ia memberikan periklanan yang benar-benar etis?

1. Dukung Jurnalisme Berkualitas Untuk Menopang Industri

Sebagai langkah pertama, brand harus bekerja sama dengan penerbit yang menawarkan jurnalisme berkualitas kepada para pembacanya. Pengiklan semakin paham akan kebutuhan untuk memosisikan iklannya berdampingan dengan konten berkualitas untuk mendapatkan kepercayaan konsumen dan menjauhkan diri dari publikasi-publikasi yang berbahaya. Dengan mendukung jurnalisme berkualitas, brand dapat secara langsung mendanai organisasi-organisasi yang ingin menginformasikan dan mendidik pemirsa mereka.

Selain itu, outlet-outlet berita yang menyebarkan konten yang tidak jelas dan tidak akurat dapat merusak brand hanya dengan melalui asosiasi. Jika beruntung, brand hanya mengalami kerugian kecil dari kampanye yang tidak efektif karena ditampilkan di lingkungan yang tidak relevan. Jika tidak beruntung, reputasi brand dapat menjadi rusak karena mendukung konten yang berbahaya. Untuk melindungi diri dari masalah ini, Google mengumumkan pada akhir tahun 2021 bahwa ia akan mencegah iklan tampil di sebelah konten yang menolak perubahan iklim, karena risiko yang dimiliki pada reputasi brand. Hal ini menunjukkan bahwa sangat penting bagi brand untuk memilih secara teliti mitra penerbitannya, juga platform yang digunakan untuk membeli iklannya.

2. Manfaatkan Contextual intelligence Untuk Mendapatkan Peletakan Yang Sesuai

Metode-metode tradisional untuk mengidentifikasi konten yang mungkin berbahaya, seperti daftar blokir dan pemblokiran kata kunci, biasanya tidak optimal karena terlalu luas. Metode-metode ini dapat menyingkirkan peletakan-peletakan yang sesuai dan juga yang tidak sesuai, menyebabkan hilangnya kesempatan bagi para pengiklan. Maka dari itu, jika brand bekerja sama dengan mitra-mitra teknologi terpercaya dan mengadopsi metode-metode seperti contextual intelligence, maka ia dapat mengakses lingkungan iklan berkualitas tinggi.

Contextual intelligence yang didukung AI mampu menguraikan sentimen konten berdasarkan struktur tata bahasa dan pilihan kata. Proses ini, yang disebut dengan pemrosesan bahasa alami, menyediakan analisis semantik yang mendukung pengiklan untuk memilih peletakan premium yang relevan dan sesuai. Brand lalu dapat membuat isi dan pesan iklan yang harmonis dengan konten relevan menggunakan cara yang mengedepankan privasi.

Karena contextual intelligence hanya mengandalkan data konten untuk menarget pemirsa yang diinginkan, konsumen mendapatkan keuntungan karena disajikan iklan-iklan online berkualitas tanpa mengorbankan informasi pribadinya. Brand menghasilkan engagement melalui relevansi, sementara pemirsa menerima pengalaman online unik yang tidak membutuhkan data individual.

3. Jadi Transparan Dan Komunikasikan Nilai-Nilai Brand

Untuk benar-benar menjadi etis, semua brand harus jelas mengutarakan minat-minatnya dan tidak memiliki agenda tersembunyi. Mereka juga harus mengikuti praktik-praktik terbaik seperti:

  • Menghindari clickbait.

Semua brand harus menemukan keseimbangan antara mendorong dan membujuk konsumen untuk berinteraksi dengan iklan. Clickbait memiliki dampak bagi brand dan juga penerbit berita. Menggunakan isi dan pesan iklan yang menipu, atau bahkan sensasional untuk meningkatkan engagement hanya menghabiskan waktu konsumen saja. Akhirnya, cara ini tidak menghasilkan nilai yang berarti bagi brand, maka semua brand sebaiknya memastikan bahwa iklan-iklan mereka tidak menekan atau menipu pemirsa dalam cara apa pun.

  • Bertingkah etis dengan data pengguna.

Para konsumen sebaiknya mampu mengontrol siapa yang dapat menggunakan informasi pribadi mereka, dan juga selalu diinformasikan bagaimana pihak-pihak tertentu menggunakan data mereka. Brand harus menjadi transparan tentang minatnya untuk mengumpulkan data dari pelanggan lama maupun yang akan datang, dan tetap bekerja sama dengan penerbit yang mengatakan secara jelas metode pemrosesan datanya kepada pemirsa online-nya.

  • Sertakan nilai-nilai inti di dalam kampanye

Penelitian menunjukkan bahwa 89% dari konsumen bersedia untuk membayar premium kepada brand yang menunjukkan tujuan autentik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan untuk memahami apa yang konsumen inginkan, dan kemampuan untuk menginformasikan nilai-nilai brand secara kreatif, dapat menguntungkan atau merugikan suatu kampanye. Namun kata kunci di sini adalah "autentik" dan bukan "tujuan," karena semua brand harus mempraktikkan apa yang mereka katakan. Contoh, jika sebuah brand mengklaim bahwa ia peduli tentang lingkungan, maka ia harus mengimplementasikan praktik-praktik keberlangsungan yang nyata. Jika tidak, maka ia mungkin akan mendapatkan kritik dari para konsumen yang semakin teliti.

Periklanan etis adalah hal wajib di dalam dunia yang mementingkan privasi. Semua brand harus memprioritaskan transparansi data untuk menumbuhkan hubungan positif dengan konsumen, yang juga dapat diperkuat melalui asosiasi dengan konten premium dan informasi otoritatif. Jika para pengiklan mendukung penerbit-penerbit terkemuka, mereka dapat menegakkan peraturan-peraturan brand safety secara sukses, menjaga kepercayaan konsumen dan meningkatkan reputasi brand.

(Seperti yang dipublikasikan di Forbes)